Selasa, 12 Desember 2017

Kamis, 22 Desember 2016

Sang Penulis

Akan kuceritakan banyak penulis dalam satu nafas
Alasannya sederhana,,,

Satu, 

Dia memamerkan lukisan tangannya di atas 300 halaman yang menurutku lumayan seksi, tapi Marlyn Monroe masih lebih seksi. Beruntungnya, namanya terkenal hingga barang jualannya ludes dalam 4 minggu. Pada saat bersamaan, penulis pemula muncul dengan karya baru yang jauh lebih bahenol dibanding artis dunia yang melegenda itu. Sayangnya namanya belum terkenal. Setahun kemudian, kumpulan tulisan sang pemula tak kunjung ludes, tidak juga dibicarakan apalagi didiskusikan, dan sudah dipastikan hanya teman-teman dan keluarganya yang tahu bahwa ia adalah seorang penulis berbakat. Penulis yang tulisannya memesona abad saat ini dan mungkin abad selanjutnya. Lalu, sang penulis terkenal itu membuka kerisauannya padaku, "Saya bosan dengan tulisan saya. Ingin sesuatu yang baru, makanya saya menemuimu.."

Dua,

Lulusan jurusan penulisan dari luar negeri dan segala buku sastra diteguknya, kemudian dibagikan kepada kepala-kepala yang setengah kosong. Entah kapan, ia jatuh cinta membuat kisah visual. Layar demi layar, Shantika saksikan. Indah sekali. Itu baru babak pertama, lalu datar. Babak kedua kembali indah, kemudian hambar. Sampai ke babak ketiga, masih indah, dan diakhiri tawar. Shantika menarik nafas panjang, tanpa terduga, Ia menegur Shantika,"Hai. Gimana menurut kamu?" Di kepala Shantika  langsung menyusun 1000 jawaban yang dirinya tahu tidak pernah tepat...

Tiga,

Entah mengapa sejak dulu sampai detik ini, Iliana enggan menyebut nama penulis itu. Mungkin karena terlalu sering tersebut namanya di pikiran dan hati Iliana. Selama bersama si penulis, mata ganjil Iliana tak berfungsi sempurna. Berbeda dengan sekarang, mata ganjilnya mampu melihat jernih dan luas tentang seluruhnya si penulis. Termasuk hasil pertapaan selama ekspedisi. Iliana tahu pasti kosakata ini dicurinya dari timeline social media. Tapi bukan itu yang menempel di dada dan mata Iliana. Adalah kegagalan  yang persis a rolling stone yang terus terjadi dan terjadi. Pada akhirnya, karena nafas masih ada, si penulis berupaya menyelamatkan yang tersisa, yang belum ada kata gagal di ruhnya. Iliana mengucapkan pesan terakhir untuk sampul bertajuk Cinta: "Jika cinta berbagi itu indah, mengapa tidak kau ceritakan milikmu sendiri? Atau kau takut?"

Empat,

Lelaki itu ialah penulis skenario film yang datang di suatu kedai kopi untuk menemui Mayang. Dia mengeluarkan suatu ide cerita dan meminta Mayang tuk menuliskannya. Mayang tertarik dan tapi harus mebghapus gaya penulisannya. Yang akhirnya,  dituliskan juga oleh Mayang dan sudah tiga tahun ini, ia menjadi takut  bila berada dalam  pesawat. Mayang yang ketiban entah, tapi tetap menuliskannya sampai selesai. Walaupun saat penulisan tersebut, Mayang hancur berkali-kali, menduga beratus-ratus sekian, jatuh cinta berpuluh-puluh jumlahnya, menangis berjuta-juta tetesan air mata, dan terakhir tertawa sekali saja. Gerombolan riset di kepalanya turut tertawa tapi lebar seraya mengangkat gelas wine ke udara. 

Lima,

Si politikus itu juga seorang penulis yang cerdas. "Dalam hal ini, saya tidak bisa menggunakan nama sendiri, bantulah sekali ini saja, cantik." Dijawab oleh si cantik,"Aku tidak tahu soal politik dan tidak mau tahu." Si politikus tersenyum tipis,"Kamu memang pandai berkelit!"

Enam,

"Buatlah cerita tragedi yang tragis!" 
"Tapi hidupku tidak pernah tragis."

Tujuh,

Di kolam renang dia mewawancarai sang tokoh yang sangat membumi. "Apa arti sukses bagi Ibu?"
"Sukses itu bisa duduk dan makan bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Sukses bukan keberhasilan karir dan harta yang berlimpah, karena semua itu tidak berarti ketika usia malu berhitung."

Delapan,

Wanita yang suka memakai high heel itu adalah penulis fantasi. Hanya dia tidak pernah menggunakan sepatu tinggi dan tidak pernah menjadi penulis fantasi. Alasannya, tuntutan permintaan pasar. Terbunuhlah JK. Rowling di pantai tak berombak.

Sembilan,

Kusnadi,  penulis sialan yang mengumpulkan tulisannya hanya dalam dropbox - tidak pernah disebar atau dipublish  di mana pun dan dalam bentuk apa pun.  Lebih parahnya lagi, foldernya itu hanya di-share dengan kekasihnya yang sudah tidak menjadi kekasih pada era ini. Kekasihnya gemas sekali, Ups, maksudku mantan kekasihnya. Kusnadi, penulis yang menulis riwayat, sastra,  budaya, politik, musik, dan kegagalan dunia berikut manusia yang paling dibencinya, yaitu mantan kekasihnya yang berhasil dipolesnya hingga 'terbaikan'. Sang mantan yang penulis berparas ayu dengan buku-buku best seller. Ya, pada suatu malam, Kusnadi menceritakan semuanya kepadaku dan aku harus berjanji untuk menyimpan rapi apa yang diutarakannya. Malam ini, aku menuliskannya, karena sumpah mati aku tidak tahan menyimpan rahasia

Sepuluh,

Di langit yang penuh bintang yang tersaji sangat cantik, wanita timur itu bersorak gembira, Tuhan, aku tidak pernah bisa menuliskan keindahan ini. Apakah ada manusia lain yang tahu caranya?"

"Kita tidak sedang melihat bintang dengan ekornya yang cantik, melainkan Tsunami."
Wanita itu terbahak, "Ah, bahkan kau pun tidak bisa mengucapkannya dengan sebenar-benarnya."
"Barangkali, apa yang sesungguhnya dari setiap rasa dan keindahan maupun kepedihannya hanya milik kita sendiri, orang lain sekadar bisa berimajinasi atau memperkirakan."

Aku pun tidak bisa menyampaikan maksud percakapan mereka dengan baik. Apalah aku...Dan nafasku malam ini cuma sampai di sepuluh saja



Senin, 12 Desember 2016

Aku tak tahu harus memberikan judul apa

Memoriku penuh
Satu per satu kucoba siram
Dengan air panas
Agar melepuh
Menyatu dengan tanah

Tapi, caraku kurang ampuh
Semestinya kubuat perahu kayu
Menaruh mereka secara rapi
Lalu, kukayuh sampai ke tengah laut
Dan kutenggelamkan
Tidak apa-apa aku ikut hanyut

Lagi, mereka tidak lenyap
Justru beterbangan di atas udara
Dan sebagian bermain surfing bersama ombak
Yang makin menggulung besar, mereka kian asik dan menganggu realitaku
Aku jadi bingung..

Melamunlah aku
Dan membiarkan mereka menjadi besar dan besar
Hingga ucapan selamat pagi selamat pagi selamat pagi mematikan gravitasi di sini..

Perlahan sinar matahari pecah
Gugur,  berantakan di dada langit

Tapi tak lama
Serpihannya menjadi satu berkontur lebih besar dari kapasitas memori itu sendiri

Aku harus bagaimana, sayang?
Mungkin mati adalah cara yang terbaik
Karena jika aku mati pun, kau tak akan peduli

Senin, 03 Oktober 2016

Dar-dar-dar

Pagi hari tidak pakai kopi.  tapi dinginnya
Hirup udaranya. Merasa anginnya.
Dadaku harus terbuka.
Bayangan manusia muncul di belakangku.
Beruntung tanpa suara.
Melainkan nyanyi sunyi.
Dan bising.

Dar.
Peluru itu masuk lagi di kepalaku.
Satu.
Bertubi -tubi.
Tanpa irama.

Dar.
Lihat hari ini.
Tak mau kubayangkan..
Buat apa.

Dar.
Cahaya layar terang sekali.
Mataku sakit.
Maka, aku matikan

Rabu, 14 September 2016

Mandi

Membasuh tubuh dengan 7 rupa.  Jangan lupa digosok secara benar dan harus bersih.   sebersih langit tadi yang kita lihat di belahan sana. Putih tak terlalu putih, sedikit biru, sekilas abu abu, berkabut yang semua adalah bukan lukisan melainkan kapas. Apa arti kapas bagi kamu yang telah berkuasa terhadap tubuh yang terus hidup berkepanjangan dan menjerat nafas yang melahirkan kamu..

Sebentar, bicara apa saya.

Jumat, 15 Juli 2016

Rindu

Aku merindu,
Maka aku tak karuan,
Sialan kau




Kamu nggak ilang-ilang
Malah makin membesar
Lalu aku harus bagaimana

Aku menangis
Karena tak mampu
Kamu begitu kuat
di kepalaku
di rasaku
di hatiku

Pikiranku sesak
Takut aku menjadi gila
Kau tak khawatir kalau aku mejadi sinting?


Btw, Tidak ada keputusan yang harus diambil
Karena belum tentu itu terbaik
Jadi...

Karena sebelumnya aku pernah melakukannya
Hasilnya? Nihil!
Sampai sekarang aku masih ingat ingatan-ingatan hampir 4 thun lalu
Jadi..
Tidak ada yang harus dibuang!

Masa aku katakan rindu lagi padamu?
Dan aku senang dengan kalimatmu di pagi kemarin
Sekejap itulah duniaku menjadi jungkirbalik
Reseh!

Jumat, 08 Juli 2016

Kepada Sapardi dan Hujan Bulan Juni



Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni,
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada tempo-tempo lagu dan denyut imajinasi-imajinasi yang kencang yang jangan sampai diejek makhluk itu.



Tak ada yang lebih bijak dari hujan  bulan Juni,
 Dihapusnya jejak-jejak nakal diksi-diksi yang semerawut-semerawut tapi menawan. 
Dentuman-dentuman di kepala yang malah menyenangkan-menyenangkan 
Sampai burung merpati menyerahkan keputusannya pada alam
Tentang sebuah kalimat sederhana tentang cinta yang memang tak perlu dihias-hias tentang ungkapan yang apa adanya tentang pengetahuan menerima dan diterima

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni,
Dibiarkannya tak terucap, diserap elektromagnetik-elektromagnetik semesta yang siapa tahu terbaca olehnya. Tak terbaca pun, tak apa. 

Kepada Sapardi

Hujanku masih basah
Dan Tak terkenal

Mengapa selalu Juni, Sapardi?

Juli memang datang terlalu cepat
Bersama  kerlap-kerlip lampu di kota yang berpura-pura  meriah

Tik-tik-tik
Rintik hujan ada lagi
Semalam. Malam. malam. malam lagi.

Kubuka jendela yang penuh embun
Kuraihnya, dan  menggulumnya
dan jadilah aku pagi
Meski semalam titik titik  hujan datang beruntun menjadi banjir 

Juni memang tak bisa kugenggam
Dan kau tahu itu, Sapardi
Bertahun-tahun selalu di Juni
Pengulangan-pengulangan yang tak bisa kubenahi
Selesai, Sapardi!


 10 Juni sepuluh tahun lalu 
 kau perlihatkan "hujan bulan juni" milikmu
dan aku tak tertarik dan kau tangkas,"kau pasti tertarik!"
Hah, kau memang keparat, Sapardi! 











Senin, 04 Juli 2016

Random Jelang Jakarta Tak Butuh Gubernur


Semalam teman saya baru saja bilang kalau "Jakarta tidak butuh gubernur, tapi butuh mudik massal". Benar juga untuk menuntaskan kemacetan, pulangkan saja mereka ke kampung asalnya. Ini memang pembahasan yang tiba-tiba, antara serius dan tidak serius, jadi jangan anggap ini sebuah pengantar yang mendalam. 

Minggu, 03 Mei 2015

Kepala Bipo




Kamu mati
Ketika perpindahan eforia
Melintasi melankoli berkepanjangan
Aku mati
Hari-hari  melihat fluktuasi
Membaca isi kepala tumpah
Lalu kembali ke semula